Laman

Rabu, 27 April 2011

Membela Pancasila, NU Dituduh Kafir

Salah satu inspirasi lahirnya NU adalah
semangat kebangkitan Nasional. NU bercita-
...cita membangun sebuah bangsa dan negara
yang merdeka. Bersama kekuatan yang lain,
NU berjuang dan merumuskan berbagai
landasan berdirinya negeri ini. NU ikut merumuskan Pancasila dan UUD 1945. NU menjadikan agama sebagai inspirasi
mendirikan, mengukuhkan, dan
mempertahankan negara. Bagi NU,
mempertahankan negara ini wajib
hukumnya. Karena itu, NU menolak terlibat
dalam Darul Islam (DI/TII) untuk mendirikan negara Islam. Sebaliknya, NU mendukung
negara Pancasila yang dipimpin oleh Bung
Karno. Ketika dalam situasi genting, tahun 1954, NU
memberikan status pada pemerintah
Indonesia dan Bung Karo sebagai waliyul
amri dlarury bisy syakah. Gelar ini, dengan
demikian, menafikan klaim Kartosuwiryo
sebagai Amirul Mukminin. Di mana-mana, NU membuat sistem pertahanan yang dipimpin
para Kiai untuk membendung pengaruh DI/
TII. Sikap tegas NU itu membuat marah
kelompok Islam garis keras DI/TII, sehingga
beberapa pimpinan NU selalu menjadi
ancaman teror dan pembunuhan. Bahkan
sejak 1949, KH Idham Chalid sebagi salah
satu pimpinan NU merasa sering mendapat teror. Menurut penuturan KH Idham Chalid
bebarapa kali ia diserang. Suatu hari, saat
menginap di Puncak, Kiai Idham diberondong
pasukan Darul Islam (DI). Begitu pula ketika
ke Yogya, keretanya diberondong pasukan
Islam garis keras itu. Oleh DI, NU telah dianggap pengkhianat karena keluar dari
Masjumi. Lebih jauh, NU dianggap kafir
karena menolak negara Islam DI. Peristiwa paling dramatis adalah saat para
pimpinan NU seperti Idham Chalid, Zainul
Arifin bersama Bung Karno melakukan
sembahyang Idul Adha di masjid baiturrahim
di Lingkungan Istana tahun 1962. Saat itu
terjadi penembakan oleh para gerilyawan DI/TII pada para pimpinan negara ini. Dalam
insiden tersebut, peci KH Idham Chalid
tersambar peluru dan Bung Karno selamat.
Sementar tokoh NU, yakni KH Zainul
Arifin,yang juga Wakil Perdana Menteri,
terkena tembakan, sehingga mengakibatkan mantan panglima Hizbullah itu meninggal
dunia. Di Jawa Barat Selain, beberapa
pimpinan NU banyak diserang teror, bahkan
ada yang gugur dibantai oleh Pasukan DI. NU dianggap kafir karena mendukung
pemerintah RI. Oleh DI, negeri ini disebut
sebagai Republik Indonesia Kafir. Ini tentu
berbeda dengan pandangan KH Ahmad
Shiddiq bahwa penerimaan NU terhadap
Negara Republik Indonesi tidak bersifat politis dan taktis, melainkan bersifat
ideologis, syar’i. Merupakan kewajiban syariah, sehingga tidak tepat kalau dituduh
oportunis oleh kaum modernis terutama
para simpatisan DI/TII. (Abdul Mun’im DZ)